Senin, 09 Mei 2011

PKS DPC PASAR KEMIS: UU Pornografi tak Didukung PP

PKS DPC PASAR KEMIS: UU Pornografi tak Didukung PP: "JAKARTA –– Meski sudah disahkan, Undang-Undang (UU) Nomor 44/2008 tentang Pornografi belum optimal diimplementasikan. Salah satu penyebabnya..."

Selasa, 05 April 2011

MENYIAPKAN GENERASI

(Sambungan)


FASE KETIGA
Anak berusia 10 tahun hingga 14 tahun
Rasulullah S.A.W. bersabda, “Berilah mereka makanan seperti yang anda makan, dan berilah mereka pakaian seperti yang anda pakai.” (Shahih Al-Adabul Mufrad, Syaikh Al-Albani). Rasulullah menyuruh kepada para orang tua untuk memberikan hak-hak anaknya. Seperti memberinya makan, pakaian, tempat tidur yang terpisah dengan orang tuanya, memberikan pendidikan yang layak bagi anaknya( dirumah maupun di sekolah), membiasakan hidup sehat, dan lain-lainnya.
Lebih pokok lagi Beliau menyuruh mengajari tentang al-Islam. Tentang keimanan, ibadah, dan akhlak. Meyakinkan tentang ma’rifatullah (pengenalan pada Allah) hingga anak mempunyai keyakinan yang mantap kepada Allah S.W.T. Mengajarkan dan membiasakan ibadah dengan benar, dan memberi hukuman yang tidak menyakitkan apabila anak melalaikan ibadah.
Adapun pengajaran tentang akhlak antara lain: Membiasakan anak menundukkan pandangan dan menjaga aurat. Mengucapkan salam. Etika minta izin dan menemui keluarga. Etika berbicara. Hidup sederhana dan tahan banting.
Beberapa yang dilarang yaitu : Tidur telungkup, berteman dengan orang jahat, membenci sesama, mengancam temannya, mengejutkan orang lain hingga membahayakannya, anak laki-laki menyerupai anak perempuan dan sebaliknya, mencela dan menghina orang lain, dan lain-lain.
Juga dianjurkan untuk mengunjungi orang sakit, mendoakannya dan membacakan Al-Qur’an. Duduk bersama ulama dan beretika bersama mereka.
Rasulullah bersabda, “Tidaklah berkumpul beberapa orang dirumah Allah. Mereka membaca Kitabullah dan mengkajinya diantara mereka, kecuali diturunkan kepada mereka ketenangan, dan mereka diliputi rahmat dan dinaungi Malaikat dan Allah menyebut mereka di hadapan makhluk yang berada disisi-Nya.” (H.R. Muslim).

FASE KEEMPAT
Usia 15 tahun hingga 18 tahun
Di fase ini anak sudah mulai dewasa, maka sudah harus ditanamkan tentang kewajiban-kewajibannya untuk memenuhi kehidupan dunia dan kehidupan akhirat secara mandiri sedikit demi sedikit. Diajarkan untuk mengenal potensi yang ada pada dirinya, hingga akhirnya dia bisa menentukan jalan hidupnya. Dikenalkan tentang waktu dan bagaimana memanfaatkannya semaksimal mungkin, dihindari membuang-buang waktu dengan percuma. Rasulullah bersabda,” Setiap sesuatu yang bukan termasuk dzikir kepada Allah adalah lahwun(permainan yang sia-sia), kecuali empat hal: Seorang yang berjalan untuk dua tujuan, melatih kudanya, mencandai keluarganya, dan belajar berenang.” (H.R. Ath-Thabrani).
Adapun peran orang tua antara lain :
- Menganjurkan anak memanfaatakn waktu pagi.
- Menjaga sisi perkembangan anak, hobi dan mentalnya.
- Menyiapakan pekerjaan yang layak untuk anaknya
- Mengajarkan anak mencintai Nabi, keluarga dan sahabatnya
- Mengajarkan dan mencintai Al-Qur’an dan As-Sunah Nabi.
- Memberikan hak anak untuk menuntut ilmu.
- Menekankan untuk memilih guru yang shalih.
- Mengajarkan anak menyampaikan amanah dan mengemban tanggungjawab.
- Melatih keberanian dan ketangkasan.
- Mempersiapkan anak untuk berperang di jalan Allah.
- Tidak menghalangi anak untuk meraih syahid di jalan Allah.
- Mengajarkan anak bahasa Arab dan bahasa asing(musuh).
- Mengajarkan berbakti kepada orang tua dan etikanya.
- Menjelaskan kepada anak bahwa ia dan hartanya adalah milik orang tuanya.
- Mendelegasikan tugas-tugas kepada anak.
- Membimbing anak kepada ketaatan dan kebaikan dengan hikmah.
Allah berfirman,”Dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah.”(Q.S. Al-Jumu’ah : 2). Wahai para pendidik, wahai saudaraku para da’i, akhlak Rasulullah dalam berdakwah, diskusi yang tenang, argumentative, memuaskan dan menaruh tangannya yang penyayang di dada orang yang didakwahi kemudian berdoa kepada Allah dan memohon hidayah dari-Nya semata. Karena Rasulullah tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang dicintainya, tetapi Allah memberi hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Sumber : CARA NABI MUHAMMAD S.A.W. MENYIAPKAN GENERASI
(SYAIKH JAMAL ABDURRAHAMAN)

Minggu, 03 April 2011

MENYIAPKAN GENERASI

BERDAKWAH PADA KELUARGA

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Q.S. Al-Imron : 110)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu (Q.S. Al-Tahrim : 6)
Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Dia fitrah dan cenderung kepada setiap yang mengajaknya. Bila dibiasakan dalam kebaikan dan diajarkan maka ia akan tumbuh diatasnya, ddan juga sebaliknya bila diajarkan kejelekan maka dia akan jelek.

FASE PERTAMA
Semenjak anak dalam sulbi ayahnya hingga usia 3 tahun.
Rasulullah mendoakan anak bani adam mulai sewaktu masih didalam sulbi ayahnya, waktu nikahnya, waktu mau bertemunya sperma, waktu didalam rahim, waktu lahir dan sterusnya hingga dewasa. Begitu lahir langsung diperkenalkan dengan kalimat-kalimat Allah melalui adzan dan iqomat. Diperdengarkan al-Qur’an dan kalimat-kalimat toyibah yang lain. Orang tua juga memenuhi hak-hak anaknya, baik untuk kebutuhan phisiknya, jiwanya, hatinya maupun akalnya. Seperti makanan, pakaian, kebiasaan-kebiasaan positif, permainan yang mendidik sesuai usianya, dan lain-lainnya.
Dari Abdullah bin Amir r.a., ia berkata, “Ibuku memanggilku, dan Rasulullah S.A.W. duduk di rumah kami. Ibu berkata, “Kemarilah! Saya akan memberimu (kurma).” Rasulullah bettanya, “Apa yang ingin kamu berikan?” Ia menjawab, “Saya akan memberinya kurma.” Rasulullah bersabda kepadanya, “Seandainya kamu tidak memberinya sesuatu, maka kamu akan ditulis sebagai pendusta.” (H.R. Ahamad dan Abu Daud). Sesungguhnya anak-anak suka memperhatikan perilaku orang dewasa dan menirunya, karena itu kita tidak boleh membohongi mereka.
Maka Rasulullah selalu memberikan contoh akhlaq yang terpuji. “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam : 4).



FASE KEDUA
Anak berusia 4 tahun hingga usia 10 tahun
Dalam fase ini Rasulullah mengajarkan kepada kita bagaimana cara mambentuk akhlak anak. Seperti :
- Menemani anak dalam perjalanan sambil menasihati dan mengajari mereka sesuai akalnya.
- Menggunakan ungkapan yang menyentuh untuk menarik hati anak.
- Menghargai permainan anak dan menemaninya.
- Tidak memisahkan anak dari keluarganya ataupun teman bermainnya.
- Membimbing anak agar berakhlak mulia
- Mendoakan kebaikan untuk anaknya, dan tidak mendoakan kejelekan untuk anaknya.
- Meminta izin anak dalam hal yang menjadi haknya.
- Mengajari anak menjaga rahasia.
- Makan bersama anak.
- Berlaku adil terhadap anak laki-laki dan perempuan.
- Mendamaikan anak yang berkelahi.
- Memotivasi anak agar berlomba menggali potensinya.
- Menghadiahi anak yang berprestasi.
- Mengajari adzan dan shalat.
- Mengajarkan anak ketegasan dan keberanian.
- Mengajarkan anak sebagai pemimpin.
(Bersambung.)
Sumber : CARA NABI MUHAMMAD S.A.W. MENYIAPKAN GENERASI
(SYAIKH JAMAL ABDURRAHAMAN)

Rabu, 09 Maret 2011

MENGGAPAI HUSNUL KHOTIMAH


Sebuah Nasihat Kecil
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Mudah-mudahan Allah yang Mahamenguasai segala-galanya selalu membukakan hati kita untuk selalu bisa melihat hikmah di balik setiap kejadian. Yakinlah, tidak ada satu kejadian pun yang sia-sia, tidak ada satu kejadian pun yang tanpa makna. Sangatlah rugi jikalau kita menghadapi hidup ini sampai tidak mendapat
pelajaran dari apa yang sedang kita jalani.
Hidup adalah samudera ilmu tiada bertepi, samudera hikmah tiada terputus. Seharusnya apa pun yang kita hadapi, secara efektif bisa menambah ilmu, wawasan,
khususnya lagi bisa menambah kematangan, kedewasaan, kearifan diri kita. Sehingga, kalau kita mati esok lusa atau kapan saja, maka warisan terbesar kita
adalah kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta semata. Rindukanlah dan selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat kematian kita itu adalah
saat yang paling indah.
Harusnya saat malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap, benar-benar dalam keadaan khusnul khatimah. Harus sering dibayangkan
kalau saat meninggal nanti kita sedang bagus niat, sedang bersih hati, keringat sedang bercucuran di jalan Allah SWT. Syukur-syukur kalau nanti meninggal,
kita sedang bersujud atau sedang berjuang di jalan Allah.
Tiada kehormatan dan kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah pemilik alam semesta, yang mengangkat derajat siapa pun yang Engkau kehendaki dan
menghinakan siapa pun yang Engkau kehendaki segala puja dan puji hanyalah bagi-Mu dan milik-Mu. Shalawat semoga senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah,
panutan kita semua, Rasulullah SAW.
Ah, Sahabat. Percayalah, sehebat apapun harta, gelar, kedudukan, pangkat atau atribut duniawi lainnya tidak akan pernah berharga jikalau kita tidak memliki harga diri. Apalah artinya harta, gelar, dan pangkat, kalau pemiliknya tidak punya harga diri. Hidup di dunia hanya satu kali dan sebentar saja. Kita harus bersungguh-sungguh meniti karier kehidupan kita ini menjadi orang yang memiliki harga diri dan terhormat dalam pandangan Allah Azza wa Jalla dan juga
terhormat dalam pandangan orang-orang beriman. Dan kematian kita pun harus kita rindukan menjadi sebaik-baik kematian yang penuh kehormatan dan
kemuliaan dengan warisan terpenting; kehidupan kita adalah nama baik dan kehormatan kita yang tanpa celah kehinaan.
Langkah awal yang harus kita bangun dalam karier hidup ini adalah tekad untuk menjadi seorang Muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai mati! Seperti
halnya Rasulullah SAW memulai karier kehidupannya dengan gelar kehormatan al-Amin (seorang yang sangat terpercaya). Kita harus berjuang mati-matian untuk memelihara harga diri dan kehormatan kita menjadi seorang Muslim yang terpercaya, sehingga tidak ada keraguan sama sekali bagi siapa pun yang bergaul dengan kita, baik Muslim maupun non-Muslim, baik kawan atau lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji, maupun amanah yang kita pikul.
Oleh karena itu, pertama, jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal apa pun. Sekecil dan sesederhana apa pun, bahkan betapa pun terhadap anak
kecil atau dalam senda gurau sekalipun. Harus benar-benar bersih dengan meyakinkan, tidak ada dusta, pastikan tiak pernah ada dusta! Lebih baik kita
disisihkan karena kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak akan pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta.
(Tentu saja bukan berarti harus membeberkan aib-aib diri yang telah ditutupi Allah, ada kekhususan tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeber-beberkan aib sendiri).
Kedua, jaga lisan, jangan pernah menambah-nambah. Mereka-reka, mendramatisir berita, informasi, atau sebaliknya, sebenarnya meniadakan apa yang harus
disampaikan. Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kita terkadang suka ingin
menambah-nambah sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan menolong kita, nanti ketika orang tahu
informasi yang sebenarnya, akan runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.
Ketiga, jangan sok tahu atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala pertanyaan. Nah, orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa ilmu akan menunjukkan kebodohan saja. Yakinlah kalau kita sok tahu tanpa berbekal ilmu, itulah tanda kebodohan kita. Yang lebih baik adalah kita harus berani mengatakan "tidak tahu" kalau memang kita tidak mengetahuinya, atau jauh lebih baik disebut bodoh karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.
Keempat, jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat, setiap kali
kita berbicara dengan orang lain, maka pembicaraan itu sudah menjadi amanat buat kita. Bagi orang yang suka membocorkan rahasia akan jatuhlah harga dirinya. Padahal justru kita harus jadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain, yang namanya kuburan tidak usah digali-gali lagi kecuali pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa kebaikan bagi semua pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia, karena ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan kita kepada yang lain lagi.
Kelima, jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan
dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepati janji walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang sangat besar dan berat. Ingat, semua pengorbanan menjadi sangat kecil dibandingkan dengan kehilangan harga diri sebagai seorang pengingkar janji. Nau'dzubillah. Tidak ada artinya semua
pengorbanan kecil itu dibanding jika kita bernama "si pengingkar janji".
Rasulullah SAW pernah sampai tiga hari menunggu orang yang menjanjikannya untuk bertemu. Beliau menunggu karena kehormatan baginya adalah menepati janji. Inilah teladan dari panutan kita, manusia yang mulia. Begitulah wahai sahabat. Mudah-mudahan nasihat kecil ini bermanfaat dalam kehidupan kita. Walaahua'lam.

UMUR DIBATASI AJAL


Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, ''Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal
yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah yang mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).'' (QS 6: 2). Umur manusia sepenuhnya ditentukan oleh Allah SWT. Manusia hanya dapat menerima keputusan Allah SWT tentang umurnya. Karenanya, manusia tidak mengetahui panjang pendek umurnya. Manusia juga tidak mengetahui sampai kapan ia akan hidup di dunia. Hanya Allah-lah yang mengetahui.
Manusia juga tidak bisa mengurangi atau menambah umurnya. Jika ajalnya telah tiba, maka manusia akan mati walaupun ia berusaha mengundurkannya. Dan, jika ajalnya belum tiba, manusia tetap tidak akan mati walaupun ia berusaha mempercepat kematiannya. Allah SWT menegaskan, ''Tiap-tiap umat mempunyai
batas waktu; maka jika telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.'' (QS
7:34).
Rasulullah SAW melarang umatnya memohon kematian. Beliau bersabda, ''Janganlah salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan kematian dan
jangan pula berdoa agar cepat mati sebelum kematian itu benar-benar datang kepadanya. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kamu sekalian mati, maka terputuslah amalnya. Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan yang diperbuatnya.'' (HR al-Bukhari).
Umur yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah amanat yang harus dijaga dengan baik. Karenanya, harus diisi dengan kebaikan-kebaikan dan amal saleh. Nilai umur manusia tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya, melainkan oleh kualitas amal yang diperbuat dalam masa hidupnya.
Dalam pandangan Rasulullah SAW, umur yang panjang pada hakikatnya adalah yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh. Beliau bersabda, ''Barang
siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orang tua dan menjalin silaturrahim
dengan sesama.'' (HR Ahmad).
Panjangnya umur seseorang tidak akan bernilai sama sekali jika tidak diisi dengan amal saleh. Bahkan, boleh jadi hanya menjerumuskan ke dalam azab Allah SWT. Umur panjang yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh menjadi bukti kualitas hidup manusia di dunia dan meninggikan derajatnya di sisi Allah SWT. Ketika ditanya tentang siapa orang yang paling baik, Rasulullah SAW menjawab, ''Yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sedangkan orang yang paling buruk adalah orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya.'' (HR Ahmad).
Setiap Muslim hendaknya menyadari kembali bahwa kematian akan datang tanpa diduga. Kesadaran terhadap hal ini akan memotivasi untuk bersegera mengisi
umur di dunia dengan perbuatan baik dan amal saleh. Sebab, umur yang disia-siakan pada akhirnya hanya akan melahirkan penyesalan yang tidak berguna. Wallahu A'lam. (copast)

Jumat, 25 Februari 2011

AMAL KITA


Suatu ketika terjadi tabrakan yang sangat keras antara dua kendaraan, yang menyebabkan pengendaranya luka berat. Masyarakat pun berdatangan untuk
memberikan pertolongan. Pengendara pertama yang ditolong ternyata seorang pemuda. Wajahnya bersih bersinar dan tampak tersenyum kendati tubuhnya penuh luka. Ia tengah menghadapi sakaratul maut. Kedua bibirnya tampak bergerak-gerak seperti mengucapkan sesuatu. Seseorang yang menolongnya
mencoba mendekatkan telinganya ke bibir pemuda itu, ia tercenung bercampur haru dan takjub. Apa yang didengarnya? Ternyata pemuda itu tengah melafalkan
ayat suci Alquran hingga menghembuskan napas terakhirnya. Adapun pengendara kedua, juga seorang pemuda. Tubuhnya penuh luka, dan bibirnya pun
bergerak-gerak seperti mengucapkan sesuatu. Si penolong itu merasa penasaran dan mendekatkan telinganya ke bibir sang pemuda. Apa yang didengarnya?
Ternyata dari bibir pemuda itu terlantun sebuah lagu rock, dan ini terus terrdengar dari mulutnya hingga tarikan napasnya yang penghabisan.
Belakangan si penolong mengetahui lebih jauh tentang siapa pemuda yang pertama tadi. Ternyata pemuda itu tengah melakukan tugas rutin yang dilakukannya setiap bulan, yaitu mengunjungi fakir miskin di suatu kampung untuk membagikan makanan dan pakaian bekas yang ia kumpulkan selama satu bulan. Saat kejadian itu pun tampak di mobilnya beberapa bungkus makanan dan pakaian. Sementara di dashboard mobilnya ditemukan beberapa kaset bacaan Alquran dan ceramah.
Bagaimana dengan pemuda yang satunya lagi? Tentu tidak perlu diungkapkan lebih lanjut di sini. Hanya saja, dengan kejadian tersebut, si penolong dan tentu kita semua seakan diberi gambaran oleh Allah SWT tentang amal seseorang ketika hidup dan kira-kira apa yang dialami keduanya setelah nyawanya tercerabut. Oleh karena itu, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menukilkan sebuah Hadis Rasulullah yang cukup panjang tentang amalan-amalan yang bisa menyelamatkan seseorang dari kesulitan di akhirat kelak.
Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Madini berbunyi, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku semalam bermimpi melihat hal yang sangat
menakjubkan. Aku melihat seorang dari umatku yang didatangi oleh malaikat untuk mencabut nyawanya, lalu datang amalnya kepadanya dalam berbakti kepada
dua orang tuanya, sehingga amal itu membuat malaikat itu kembali lagi. Aku melihat seseorang yang telah dipersiapkan kepadanya siksa kubur, lalu datang
wudhunya, sehingga wudhunya itu menyelamatkannya dari siksa kubur. Aku melihat seseorang yang telah dikepung banyak setan, lalu datang kepadanya zikirnya kepada Allah, sehingga zikirnya itu mengusir setan-setan tersebut darinya.Aku melihat seseorang yang kehausan, sedang tiap kali ia mendekati
telaga, ia diusir darinya. Lalu, datanglah shaum Ramadhannya, sehingga shaumnya itu memberikan minum kepadanya. Aku melihat seseorang di mana para
nabi masing-masing duduk dalam halaqah, ia diusir dan dilarang untuk bergabung ke dalamnya. Lalu, datanglah mandinya dari hadas besar, sehingga mandinya itu membimbing ia dengan memegang tangannya seraya mendudukannya di sampingku.
Aku melihat seseorang yang di depannya gelap sekali, begitu pula di belakang, atas, dan bawahnya, sehingga ia kebingungan mencari arah jalannya. Datanglah kepadanya haji dan umrahnya, lalu keduanya mengeluarkan ia dari kegelapan tersebut dan memasukkannya ke dalam tempat yang terang sekali. Aku melihat seseorang yang melindungi mukanya dengan tangannya dari panasnya kobaran api, lalu datang sedekahnya kepadanya dengan menutupi kobaran api dari mukanya seraya membimbingnya ke hadapan Allah SWT. Aku melihat seseorang yang mengajak bicara orang-orang mukmin, tetapi mereka mendiamkannya. Datanglah silaturahminya seraya berkata, 'Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya ia adalah orang yang melakukan silaturahmi, maka ajaklah dia bicara'. Maka, orang tersebut diajak bicara oleh semua orang mukmin dan mereka mengulurkan tangan untuk berjabatan dengannya, sementara ia pun mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan mereka. Aku melihat seseorang yang telah dicengkeram Malaikat Jabaniyyah, lalu datanglah kepadanya amal ma'ruf nahyi munkar-nya, hingga amalnya itu menyelamatkan ia dari siksa Jabaniyyah dan memasukannya ke dalam lingkungan malaikat rahmat.
Aku melihat seseorang yang jalannya merangkak  dengan kedua lututnya dan di depannya terdapat tabir yang memisahkan ia dengan Allah, lalu datanglah akhlak baiknya seraya memegang tangan dan membimbingnya ke hadirat Allah SWT. Aku melihat seseorang yang catatan amalnya datang dari sebelah kirinya,
lalu datanglah takwanya kepada Allah dan mengambil buku tersebut dengan meletakkannya di tangan kanannya. Aku melihat orang yang timbangan amalnya
sangat ringan, lalu datang anak-anaknya yang meninggal waktu kecil, sehingga mereka memberatkan timbangan amal baiknya tersebut. Aku melihat seseorang
yang berdiri di tebing Jahannam, lalu datanglah harapannya kepada Allah, hingga harapannya itu menyelamatkannya dari Jahannam dan ia berjalan menuju
syurga dengan selamat. Aku melihat seseorang yang terpelanting di atas neraka, lalu datanglah air matanya karena takut pada Allah.
_________________________________________
(Diambil dari tulisan Aa Gym, kiriman sdri. Winky)
Sebarkan e-mail ini ke saudara-saudara kita, mudah-mudahan bermanfaat...