Rabu, 09 Maret 2011

MENGGAPAI HUSNUL KHOTIMAH


Sebuah Nasihat Kecil
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Mudah-mudahan Allah yang Mahamenguasai segala-galanya selalu membukakan hati kita untuk selalu bisa melihat hikmah di balik setiap kejadian. Yakinlah, tidak ada satu kejadian pun yang sia-sia, tidak ada satu kejadian pun yang tanpa makna. Sangatlah rugi jikalau kita menghadapi hidup ini sampai tidak mendapat
pelajaran dari apa yang sedang kita jalani.
Hidup adalah samudera ilmu tiada bertepi, samudera hikmah tiada terputus. Seharusnya apa pun yang kita hadapi, secara efektif bisa menambah ilmu, wawasan,
khususnya lagi bisa menambah kematangan, kedewasaan, kearifan diri kita. Sehingga, kalau kita mati esok lusa atau kapan saja, maka warisan terbesar kita
adalah kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta semata. Rindukanlah dan selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat kematian kita itu adalah
saat yang paling indah.
Harusnya saat malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap, benar-benar dalam keadaan khusnul khatimah. Harus sering dibayangkan
kalau saat meninggal nanti kita sedang bagus niat, sedang bersih hati, keringat sedang bercucuran di jalan Allah SWT. Syukur-syukur kalau nanti meninggal,
kita sedang bersujud atau sedang berjuang di jalan Allah.
Tiada kehormatan dan kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah pemilik alam semesta, yang mengangkat derajat siapa pun yang Engkau kehendaki dan
menghinakan siapa pun yang Engkau kehendaki segala puja dan puji hanyalah bagi-Mu dan milik-Mu. Shalawat semoga senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah,
panutan kita semua, Rasulullah SAW.
Ah, Sahabat. Percayalah, sehebat apapun harta, gelar, kedudukan, pangkat atau atribut duniawi lainnya tidak akan pernah berharga jikalau kita tidak memliki harga diri. Apalah artinya harta, gelar, dan pangkat, kalau pemiliknya tidak punya harga diri. Hidup di dunia hanya satu kali dan sebentar saja. Kita harus bersungguh-sungguh meniti karier kehidupan kita ini menjadi orang yang memiliki harga diri dan terhormat dalam pandangan Allah Azza wa Jalla dan juga
terhormat dalam pandangan orang-orang beriman. Dan kematian kita pun harus kita rindukan menjadi sebaik-baik kematian yang penuh kehormatan dan
kemuliaan dengan warisan terpenting; kehidupan kita adalah nama baik dan kehormatan kita yang tanpa celah kehinaan.
Langkah awal yang harus kita bangun dalam karier hidup ini adalah tekad untuk menjadi seorang Muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai mati! Seperti
halnya Rasulullah SAW memulai karier kehidupannya dengan gelar kehormatan al-Amin (seorang yang sangat terpercaya). Kita harus berjuang mati-matian untuk memelihara harga diri dan kehormatan kita menjadi seorang Muslim yang terpercaya, sehingga tidak ada keraguan sama sekali bagi siapa pun yang bergaul dengan kita, baik Muslim maupun non-Muslim, baik kawan atau lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji, maupun amanah yang kita pikul.
Oleh karena itu, pertama, jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal apa pun. Sekecil dan sesederhana apa pun, bahkan betapa pun terhadap anak
kecil atau dalam senda gurau sekalipun. Harus benar-benar bersih dengan meyakinkan, tidak ada dusta, pastikan tiak pernah ada dusta! Lebih baik kita
disisihkan karena kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak akan pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta.
(Tentu saja bukan berarti harus membeberkan aib-aib diri yang telah ditutupi Allah, ada kekhususan tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeber-beberkan aib sendiri).
Kedua, jaga lisan, jangan pernah menambah-nambah. Mereka-reka, mendramatisir berita, informasi, atau sebaliknya, sebenarnya meniadakan apa yang harus
disampaikan. Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kita terkadang suka ingin
menambah-nambah sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan menolong kita, nanti ketika orang tahu
informasi yang sebenarnya, akan runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.
Ketiga, jangan sok tahu atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala pertanyaan. Nah, orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa ilmu akan menunjukkan kebodohan saja. Yakinlah kalau kita sok tahu tanpa berbekal ilmu, itulah tanda kebodohan kita. Yang lebih baik adalah kita harus berani mengatakan "tidak tahu" kalau memang kita tidak mengetahuinya, atau jauh lebih baik disebut bodoh karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.
Keempat, jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat, setiap kali
kita berbicara dengan orang lain, maka pembicaraan itu sudah menjadi amanat buat kita. Bagi orang yang suka membocorkan rahasia akan jatuhlah harga dirinya. Padahal justru kita harus jadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain, yang namanya kuburan tidak usah digali-gali lagi kecuali pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa kebaikan bagi semua pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia, karena ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan kita kepada yang lain lagi.
Kelima, jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan
dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepati janji walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang sangat besar dan berat. Ingat, semua pengorbanan menjadi sangat kecil dibandingkan dengan kehilangan harga diri sebagai seorang pengingkar janji. Nau'dzubillah. Tidak ada artinya semua
pengorbanan kecil itu dibanding jika kita bernama "si pengingkar janji".
Rasulullah SAW pernah sampai tiga hari menunggu orang yang menjanjikannya untuk bertemu. Beliau menunggu karena kehormatan baginya adalah menepati janji. Inilah teladan dari panutan kita, manusia yang mulia. Begitulah wahai sahabat. Mudah-mudahan nasihat kecil ini bermanfaat dalam kehidupan kita. Walaahua'lam.

UMUR DIBATASI AJAL


Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, ''Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal
yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah yang mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).'' (QS 6: 2). Umur manusia sepenuhnya ditentukan oleh Allah SWT. Manusia hanya dapat menerima keputusan Allah SWT tentang umurnya. Karenanya, manusia tidak mengetahui panjang pendek umurnya. Manusia juga tidak mengetahui sampai kapan ia akan hidup di dunia. Hanya Allah-lah yang mengetahui.
Manusia juga tidak bisa mengurangi atau menambah umurnya. Jika ajalnya telah tiba, maka manusia akan mati walaupun ia berusaha mengundurkannya. Dan, jika ajalnya belum tiba, manusia tetap tidak akan mati walaupun ia berusaha mempercepat kematiannya. Allah SWT menegaskan, ''Tiap-tiap umat mempunyai
batas waktu; maka jika telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.'' (QS
7:34).
Rasulullah SAW melarang umatnya memohon kematian. Beliau bersabda, ''Janganlah salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan kematian dan
jangan pula berdoa agar cepat mati sebelum kematian itu benar-benar datang kepadanya. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kamu sekalian mati, maka terputuslah amalnya. Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan yang diperbuatnya.'' (HR al-Bukhari).
Umur yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah amanat yang harus dijaga dengan baik. Karenanya, harus diisi dengan kebaikan-kebaikan dan amal saleh. Nilai umur manusia tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya, melainkan oleh kualitas amal yang diperbuat dalam masa hidupnya.
Dalam pandangan Rasulullah SAW, umur yang panjang pada hakikatnya adalah yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh. Beliau bersabda, ''Barang
siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orang tua dan menjalin silaturrahim
dengan sesama.'' (HR Ahmad).
Panjangnya umur seseorang tidak akan bernilai sama sekali jika tidak diisi dengan amal saleh. Bahkan, boleh jadi hanya menjerumuskan ke dalam azab Allah SWT. Umur panjang yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh menjadi bukti kualitas hidup manusia di dunia dan meninggikan derajatnya di sisi Allah SWT. Ketika ditanya tentang siapa orang yang paling baik, Rasulullah SAW menjawab, ''Yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sedangkan orang yang paling buruk adalah orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya.'' (HR Ahmad).
Setiap Muslim hendaknya menyadari kembali bahwa kematian akan datang tanpa diduga. Kesadaran terhadap hal ini akan memotivasi untuk bersegera mengisi
umur di dunia dengan perbuatan baik dan amal saleh. Sebab, umur yang disia-siakan pada akhirnya hanya akan melahirkan penyesalan yang tidak berguna. Wallahu A'lam. (copast)